Tuesday, March 30, 2010

Manajer PJKA

Jadi manajer PJKA pasti bingungnya minta ampun. Mulai dari memikirkan anak buahnya yang terlalu banyak, gaji penjaga perlintasan kereta api, kereta yang selalu tidak ontime, sampai dengan pencurian bantalan rel. Pfuih, bingung kan? Yang mbaca aja pasti ikutan pusing.

Sebenarnya kesalahan ada pada awal awalnya. Begitu ada keperluan service, pasti pikirannya langsung tertuju pada pembukaan staf baru. Bukan pada pengadaan alat. Contohnya penjaga rel. Dulu kok ya bisa bisanya ada pembukaan lowongan pekerjaan penjaga rel? Heran sekali. Akhirnya sekarang pusing memikirkan gaji yang terlalu sedikit utk mereka. Coba kalau dari dulu pasang pintu otomatis, nggak pusing lagi memikirkan nasib mereka.

Oleh karena itu, mulai dari sekarang, program hendaknya beralih ke mesin, bukan penambahan orang. Lho berarti banyak pengangguran dok? Jawabnya iya, tapi mempekerjakan orang akan lebih pahit nantinya daripada mempekerjakan mesin.

Kereta api jepang: semua mesin

Perputaran uang tanpa sentuhan tangan manusia. Semua dilayani oleh alat, mulai penjualan tiket hingga proses penyesuaian harga tiket. Kapan kita bisa seperti itu.

Kereta datang dan pergi minimum tiga menit sekali. Tiga menit termasuk waktu yang lama dalam hal perkeretaapian. Dalam waktu tiga menit itulah, penumpang terkumpul dan diangkut. Bisa dibayangkan kalau satu kereta absen. Tiap tiga menit aja udah berdesakan apalagi ada kereta yang absen. Bakalan two in one.

Kalau dibandingkan dengan PJKA, wah.. Mending jangan dibandingkan deh. Manusia di dunia perkeretaapian, hanya dipakai untuk pengawasan dan tenaga cadangan jika mesin tidak berfungsi. So, aliran uang bisa langsung dari konsumen ke perusahaan. Artinya tidak ada kesempatan untuk menggelapkan uang.

Seandainya aliran dana tanpa campuran tangan manusia ada di Indonesia, bakal cepat majunya. Yang menyebabkan Indonesia tidak maju adalah ikutsertanya banyak tangan manusia dalam aliran dana. Contohnya sederhana, tiket ekonomi PJKA.

Mudah sekali naik kereta ini dengan biaya separohnya. Coba aja naik lalu saat ada petugas cek karcis, selipkan aja duit 20ribu atau 30ribu, selesai urusan. Lebih murah daripada beli tiket kan? Lalu, uang itu kemana? Apakah diserahkan ke perusahaan? Itulah kenapa PJKA susah majunya. Dana yang kayak gitu banyak sekali terjadi. Kasihan kau Indonesia, nggak mau diajak maju.

Saturday, March 27, 2010

Wednesday, March 24, 2010

Lima tanda keserakahan ap#le

1. Mengeluarkan barang setengah setengah, artinya, teknologi terbaru, disimpan dulu untuk setelah first gen terjual semua dengan harga selangit. Contohnya, 2G --> 3G --> 3GS --> 4G --> 4GS dst.
2. Dijual dalam keadaan tidak ikhlas, artinya harus dengan syarat dan kondisi yang rumit. Bandrol dengan service yang lain contohnya. Contoh lain: iPad 3G + wifi.
3. Diciptakan untuk mendukung keuntungan yang superbanyak. Contohnya app store.
4. Diprogram agar tidak bisa bergerak bebas. Contoh, adanya firmware, jailbreak, SU, FU.
5. Dibuat sedemikian agar bisa monopoli.

Sungguh sangat pintar. Tapi orang orang lebih pintar lagi untuk mengakalinya. Cuma sayangnya sedikit jumlahnya, lebih banyak orang ga pintarnya.

Kalau udah gini, maka keberadaan pesaing adalah mutlak.