Wednesday, January 27, 2010

Dari iBook hingga Macbook Pro

Dari Power Mac G4 400 MHz, aku beralih ke iBook G4 untuk mobilitas di
tahun 2007. Alasannya sederhana saja: kecil dan enteng, selain murah
jika dibanding dengan macbook waktu itu. Pastinya yang second. Dulu
aku beli 5 juta rupiah dan dapat iBook G4 last gen: 1.33 GHz ram 768.
Sudah cepet banget untuk jalan dengan 10.4 Tiger.

Waktu berjalan dan tahun 2008, mataku pingin aku kerja dengan layar
yang besar di tempat sempit, ada penurunan kemampuan mata. Maka, aku
putuskan untuk ambil Powerbook G4 lastgen mengingat dana yang
terbatas. Waktu itu, dapat dengan harga 7 juta. Tentunya second.

Akhir tahun 2008, melihat leopard, jadi pingin instal, maka kubeli
leopard seharga hampir satu juta untuk di instal iBook dan Powerbook.
Ternyata jalannya agak lambat di iBook terutamanya.. wah.. dan
akhirnya kukembalikan lagi ke Tiger. Pfuihh.. mengembalikan setting
preference nya, perlu kerja ekstra. Ini dia yang paling aku benci.
instal OS baru artinya, harus menset macam macam, sederhananya, harus
menset mail account, mindah account, set preferences.. wah.. repot dah..

Tahun 2009, mau tidak mau, aku pindah ke leopard dengan beli macbook
MB881 dengan harga 8 jutaan waktu itu. Pekerjaan lancar. Tidak ada
masalah. Masalahnya adalah multitouch tidak ada di komputerku. Padahal
praktis banget kalau ada.

Tahun 2010, melirik macbookpro 13 inchi. Harga barunya masih sekitar
10 jutaan. Mahal, makanya lagi cari yang second yang harganya 9 juta
tapi ram sudah upgrade ke 4 GB. Tentunya yang ini adalah yang MB990.
MB991 sebenarnya bagus juga, Yang ini ram sudah 4 giga. Maksimum ram
bisa 8 GB, wah.. makin ngiler aja.

Padahal perbedaannya yang prinsip bagiku adalah multitouch trackpad-
nya dan ramnya. Tapi kenapa kepengin banget ya. Mana macbook 881 ku
sudah ku apple care-kan lagi.